Sabtu, 18 Februari 2012

Pengertian dan Ciri-ciri Psikologi Abnormal

Psikologi Abnormal/ Psikopatologi


Psikolgi abnormal adalah suatu cabang dari psikologi yang mempelajari tentang prilaku yang abnormal (abnormal behavior), khususnya yang berkaitan dengan patologis yang disebut juga sebagai gangguan prilaku (behavior disorder).

Abnormal itu sendiri berarti prilaku yang menyimpang dari normal. Dimana standar prilaku normal itu sendiri bervariyasi, misalnya perbedaan kultur atau budaya, di indonesia meludahi orang lain berarti berprilaku tidak sopan, namun di belahan dunia lain meludahi orang yang baru datang berarti menyambutnya dan sebagainya. Namun dari pengertian tersebut, prilaku yang abnormal tidak serta merta dianggap patologis.

Menurut Szasz, prilaku seseorang dianggap patologis apabila pola prilaku yang telah dipelajarinya secara minimal sekalipun tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh masyarakatnya(socially maladjusted).

Dalam buku Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) edisi ke III, yang merujuk pada buku Diagnostic and Statistic Manual (DSM) edisi IV, dan juga The ICD- 10 Classification of Mental and Behavioral Disorders, yang dimaksud dengan gangguan jiwa adalah Mental disorder is conceptualized as clinically significant behavioral or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated whit present distress (eg., a painful sympton) or disability (ie., impairment in one or more important areas of functioning) or with a significant increased risk of suffering death, pain, disability, or important loss of freedom.

Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep gangguan jiwa itu meliputi adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom perilaku atau sindrom psikologik, gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress), dan menimbulkan disabilitas (disability; misalnya tidak bisa makan sendiri, tidak bisa mandi sendiri).

Sumber:
Diktat Psikologi Abnormal, 2007
http://ratunisaindriasari.blogspot.com/2011/06/pengertian-psikologi-abnormal.html

Perilaku Abnormal
Perilaku abnormal dapat dilakukan dengan pendekatan tiga perspektif
  1. Frekuensi statistik
  2. Norma sosial, dan
  3. Penyimpangan perilaku.

Perilaku abnormal ditinjau dari perspektif frekuensi statistik, apakah perilaku yang dilakukan jarang ada di populasi umum.

Tinjauan dari perspektif kedua adalah norma sosial, perilakunya benar-benar menyimpang dari penerimaan standar sosial, nilai-nilai yang berlaku, dan norma-norma pada umumnya. Norma dari waktu ke waktu terbentuk secara mapan, dan secara bertahap mengalami perubahan. Apakah seseorang mengalami penyimpangan berdasarkan norma-norma masyarakat, bila dievaluasi berdasarkan persepktif ini? Mungkin lebih mudah mengevaluasinya, saat ia berjalan bertelanjang atau tidak menunjukkan diri dalam waktu satu minggu?

Perspektif ketiga memandang perilaku abnormal, bila hal tersebut bertentangan dengan fungsi hidup kemampuan individu dalam masyarakat. Apakah seseorang dapat berfungsi, sebagaimana seharusnya dalam kehidupan sehari-hari? Hal ini mencakup kemampuan bekerja sama, merawat diri sendiri, dan memiliki interaksi sosial yang normal.

Inti penjelasan perilaku normal atau abnormal berkaitan dengan banyaknya informasi yang dimungkinkan untuk diperoleh, agar suatu diagnosa dapat dilakukan. Hal ini penting dilakukan agar jelas, apakah suatu perilaku itu dapat digolongkan sebagai perilaku normal atau abnormal. Pemberian labelling, apakah perilaku tersebut digolongkan abnormal jelas bukan sesuatu yang mudah dilakukan.

Beberapa perilaku abnormal seringkali disalahartikan dengan perilaku eksentrik. Perilaku yang tidak biasa atau aneh, tetapi tidak sakit mental. Pada beberapa kasus terdapat kesulitan untuk membedakan perilaku abnormal. Guna membantu hasil suatu diagnosa, perlu diperhatikan sejumlah faktor berkaitan dengan waktu, umur dan intensitas perilaku.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal perilaku aneh yang berbeda dari orang-orang umumnya. Misalnya ada orang yang marah-marah tanpa sebab, orang yang hidupnya suka menyendiri, atau ada orang yang murung berkepanjangan, sehingga tidak mampu mengerjakan tugasnya sehari-hari. Seseorang dapat saja mengalami rasa tertekan (distress) sehingga cemas dan ketakutan, sehingga menganggu ketenangan orang lain. Orang ini kemana-mana tidak berani sendirian, ia mengira-ira berbagai masalah dan kesulitan akan menimpa dirinya, dan banyak masalah yang akan timbul dalam perjalanannya.

Apa yang dinamakan gangguan psikis sebenarnya merupakan pengalaman yang dapat dialami oleh setiap orang, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sampai suatu saat, seseorang mengalami gangguan psikis (stres, cemas, depresi, rasa bersalah dan sebagainya), ia tidak merasakan “pengalaman buruk’ itu menjadi miliknya. Masalah-masalah itu seperti jauh dari kehidupannya, walaupun disadari ada banyak masalah dalam kenyataan hidupnya. Namun ia merasakan bahwa orang lainlah yang menjadi sumber masalahnya dan  bukan dirinya.

Ada gejala-gejala yang menandai perilaku terganggu atau gangguan psikis, antara lain adalah:
  1. Berkeringat terus menerus apabila berbicara dengan orang asing atau orang yang belum dikenal.
  2. Menolak makan karena merasa terlalu gemuk dan ingin menjadi kurus.
  3. Merasakan orang lain di sekitarnya selalu mengikuti dirinya dan menyadap pembicarannya.
  4. Melakukan cuci tangan setiap kali dan berkali-kali.
  5. Berpikir terus menerus tentang ayahnya, sehingga menganggu pekerjaannya.
  6. Merasa harus melakukan suatu perilaku berulang-ulang, tanpa dapat ditolak.
  7. Merasa cemas tanpa alasan
Pengertian Perilaku Abnormal

Bila melihat gejala-gejala yang dialami orang-orang abnormal, maka akan sulit membedakan orang yang normal dan abnormal. Orang yang sehat (normal) dalam arti mampu hidup sehari-hari seperti orang lainnya, juga bisa mengalami gangguan psikis seperti tanda-tanda tersebut di atas.

Perilaku abnormal adalah suatu penyimpangan (deviasi). Seseorang dikatakan mengalami penyimpangan kalau ia berperilaku berbeda dari reratanya. Hal ini didasarkan pada perhitungan statistik, yang mendasarkan gejala-gejala kejiwaan maupun ukuran perilaku pada nilai rerata. Orang yang di bawah ukuran rerata kecerdasan, tergolong menyimpang dari rerata, demikian pula nilai di atas rerata juga tergolong menyimpang dari rerata.

Penyimpangan juga dapat dilihat dari fungsi optimal. Orang yang tidak berfungsi optimal juga mengalami gangguan dalam kondisi tertentu. Definisi abnormal dapat dilihat dari perilaku sebagai akibat dari gangguan yang sifatnya biologis (fisik), psikologis dan sosial. Bila ditinjau dari kriteria biologis seseorang yang sakit fisiknya, berarti tidak dapat berfungsi optimal dalam hidupnya karena gangguan fisik, misalnya sakit jantung, sakit gigi, sakit kepala. Walaupun kondisi biologis sering tidak berkaitan dengan kondisi psikis dan sosial, tetapi banyak kasus yang menunjukkan penyimpangan psikis dan sosial justru bersumber dari kondisi gangguan fisik. Hal tersebut mengakibatkan perilakunya bermasalah, karena ada gangguan secara biologis. Seseorang yang sedang sakit gigi yang amat sangat, akan enggan berbicara atau membahas suatu peristiwa.

Demikian juga bila otak seseorang kelebihan unsur kimiawi dopamine, maka perilaku orang itu terganggu dan tergolong gangguan schizophrenia, akibatnya seseorang mengalami pemikiran yang kacau dan halusinasi. Usaha untuk mengatasi adalah mengurangi unsur dopamine, sehingga perilakunya menjadi normal kembali.

Penemuan melalui teknologi tinggi tentang fungsi dan struktur otak manusia membantu memberikan informasi tentang keabnormalan dalam kerja otak sehingga perilaku terganggu dapat dicegah atau dikurangi. 
Kriteria Perilaku Abnormal secara sederhana dapat dikategorisasikan sebagai berikut
  1. Segi Biologis. Tingkat abnormal dari unsur biokimia dalam sistem saraf. Gejala fisik, terlihat dari tidur, nafsu makan dan tingkat energi. Adanya gangguan dalam struktur dan fungsi dari bagian-bagian dalam otak.
  2. Segi Psikologis. Pengalaman persepsi dan penginderaan (sensori) yang luar biasa. Fungsi kognitif yang mundur atau aneh. Status emosi terganggu. Distress personal: perilaku menyimpang.
  3. Segi sosial. Bertentangan dengan norma-norma sosial. Berbahaya bagi orang lain.

Abnormal Psychology
From Wikipedia, the free encyclopedia


Psikologi abnormal adalah cabang psikologi yang mempelajari pola perilaku yang tidak biasa, emosi dan pikiran, yang mungkin atau mungkin tidak dipahami sebagai precipitating gangguan mental.

Ada sejarah panjang dari upaya untuk memahami dan mengendalikan perilaku dianggap menyimpang atau menyimpang (statistik, secara moral atau dalam arti lain), dan sering ada variasi budaya dalam pendekatan yang diambil. Bidang psikologi abnormal mengidentifikasi beberapa penyebab yang berbeda untuk kondisi yang berbeda, menggunakan teori beragam dari bidang psikologi umum dan di tempat lain, dan banyak masih bergantung pada apa sebenarnya yang dimaksud dengan “normal”. Ada tradisional pemisahan antara penjelasan psikologis dan biologis, mencerminkan dualisme filosofis dalam kaitannya dengan masalah pikiran tubuh, serta pendekatan yang berbeda dengan klasifikasi gangguan mental.

Psikologi klinis adalah bidang terapan psikologi yang berusaha untuk menilai, memahami dan mengobati kondisi psikologis dalam praktek klinis. Bidang teoritis dikenal sebagai “psikologi abnormal” mungkin membentuk latar belakang untuk bekerja seperti itu, tapi psikolog klinis yang saat ini tidak mungkin untuk menggunakan istilah “normal” mengacu pada praktek mereka. Psikopatologi adalah istilah yang sama dengan psikologi abnormal namun memiliki lebih merupakan implikasi dari sebuah patologi yang mendasari (proses penyakit), dan dengan demikian adalah istilah yang lebih umum digunakan dalam spesialisasi medis yang dikenal sebagai psikiatri.

http://katresna72.wordpress.com/2011/04/02/abnormal-psychology/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar